HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA PEREMPUAN YANG MENGALAMI INFERTILITAS

Infertilitas merupakan kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur sekurangnya dalam satu tahun tanpa alat kontrasepsi. Dalam pernikahan yang belum dikaruniai anak, perempuan kerapkali diposisikan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab, karena perempuan normal memiliki kecenderungan menjadi ibu sejati dan hamil. Akibat bias gender yang kuat pada kasus infertilitas, perempuan cenderung dipersalahkan. Perempuan infertil dipandang sebagai ketidaknormalan atau kelemahan karena berkaitan dengan kodratnya untuk mengandung dan melahirkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan resiliensi pada perempuan yang mengalami infertilitas dan mengetahui hubungan dari tiap dimensi dukungan sosial dengan resiliensi. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif non-eksperimental dengan desain korelasional. Teknik pengambilan sampel yaitu nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian 100 perempuan yang mengalami infertilitas. Alat ukur dukungan sosial menggunakan teori Cutrona, Gardner, dan Uchino (dalam Sarafino dan Smith, 2011) dengan aitem valid 42 dan reliabilitas 0,952. Alat ukur resiliensi menggunakan teori Grotberg (1995) dengan aitem valid 55 dan reliabilitas 0,947. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif dukungan sosial dengan resiliensi (sig. 0,000 dan r=0,855). Dukungan sosial memiliki kontribusi 73,1% terhadap resiliensi dan 26,9% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian. Hasil uji statistik menyatakan, dimensi dukungan sosial yang memiliki hubungan dengan resiliensi yaitu dimensi emosi, dimensi instrumental, dan dimensi persahabatan. Dimensi yang memiliki hubungan paling besar dengan resiliensi adalah dimensi emosi (emotional support) dengan r sebesar 0,815.

1.  UEU-Journal-20718-11_1677.pdf - 754 KB