KAJIAN KUALITAS JALUR PEJALAN KAKI DI STASIUN KARET, JAKARTA PUSAT

Keberadaan pejalan kaki bisa menjadi indikator sebuah kota layak ditinggali atau tidak. Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB yang diwakili Dr. RM Petrus Natalivan Indradjati ST.MT menegaskan hal tersebut (www.itb.ac.id). Inilah mengapa trotoar sebagai jalur pedestrian untuk para pejalan kaki mempunyai peranan penting di sebuah kota. Dengan kata lain, jalan bukan hanya representasi sistem transportasi tetapi juga kehidupan sosial ekonomi kota itu sebenarnya. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 mengatur peruntukkan jalur pejalan kaki dengan Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. Di peraturan tersebut, dijelaskan jalur pejalan kaki adalah ruas pejalan kaki baik yang terintegrasi maupun terpisah dengan jalan, yang diperuntukan untuk prasarana dan sarana pejalan kaki serta menghubungkan pusatpusat kegiatan dan/atau fasilitas perpindahan moda transportasi. Pengguna kereta api paling sering melakukan perpindahan moda transportasi paling dan mencapai 35% dari total pengguna transportasi publik (Kementerian Keuangan, 2014) seperti dikutip Revina dan Khadiyanti (2016, hlm. 293) Ini tentunya juga terjadi di Stasiun Karet, Jakarta Pusat. Stasiun Karet terletak di kawasan strategis perkantoran dan pusat perbelanjaan (Central Business District, CBD) sehingga banyak pengguna kereta api mengawali maupun mengakhiri perjalanan di Stasiun Karet. Stasiun Karet merupakan stasiun kota kecil yang terletak di daerah Karet, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pergerakan pejalan kaki yang tinggi seharusnya diimbangi dengan ketersediaan sarana dan prasarana untuk memberikan kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki. Menurut Purnomo dan Setiawan (2015, hlm. 132), faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan pejalan kaki adalah: (1) Sirkulasi; (2) Daya alam atau iklim; (3) Kebisingan; (4) Aroma atau bau-bauan; (5) Bentuk; (6) Keamanan; (7) Kebersihan; (8) Keindahan; (9) Penerangan. Dengan kata lain, kenyamanan adalah faktor penentu untuk pergerakan pengguna Commuter Line. Adanya pedagang kaki lima, parkir kendaraan di jalur pejalan kaki serta peletakan lampu penerangan yang kurang mengakibatkan pengguna jalur pejalan kaki harus berjalan di badan jalan. Kelengkapan sarana prasarana dapat memberikan keselamatan (safety) dan kemampuan berjalan yang baik (walkability) pada jalur pejalan kaki. Sedangkan kemampuan menampung arus pejalan kaki memberikan kenyaman dalam berjalan kaki. Keselamatan dan kemampuan berjalanan kaki dapat diketahui melalui kualitas jalur pejalan kaki. Kemudian, kenyamanan dapat diketahui melalui tingkat pelayanan. Permasalahan yang ada pada jalur pejalan kaki di sekitar Stasiun Karet

1.  UEU-Undergraduate-23415-COVER.pdf - 32 KB
2.  UEU-Undergraduate-23415-HALAMAN PENGESAHAN.pdf - 64 KB
3.  UEU-Undergraduate-23415-HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.pdf - 13 KB
4.  UEU-Undergraduate-23415-HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.pdf - 123 KB
5.  UEU-Undergraduate-23415-ABSTRAK.pdf - 104 KB
6.  UEU-Undergraduate-23415-KATA PENGANTAR.pdf - 37 KB
7.  UEU-Undergraduate-23415-DAFTAR TABEL.pdf - 39 KB
8.  UEU-Undergraduate-23415-DAFTAR PUSTAKA.pdf - 14 KB
9.  UEU-Undergraduate-23415-BAB1.pdf - 280 KB

• FAKULTAS TEKNIK
• SEMINAR NASIONAL "IKATAN PERENCANAAN KOTA INDONESIA" UNIVERSITAS ESA UNGGUL
• FORUM ILMIAH UNIVERSITAS ESA UNGGUL VOLUME 13 NOMOR 2 MEI 2016
• Koleksi Buku Baru Fisioterapi dan Planologi
• Koleksi Buku Prodi Teknik Planologi
• KOLEKSI BUKU BARU FAKULTAS TEKNIK TAHUN 2017
• LAPORAN KEGIATAN PERKULIAHAN KULIAH KERJA PRAKTEK
• LAPORAN KEGIATAN PERKULIAHAN PERENCANAAN TRANSPORT
• LAPORAN KEGIATAN PERKULIAHAN EKONOMI WILAYAH DAN KOTA
• USULAN RENCANA TAPAK TERMINAL TERPADU RAWA BUAYA