PENGEMBANGAN MODEL MAKANAN JAJANAN (SNACK) PADA SARAPAN ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH DI KABUPATEN TANGERANG

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan dari kualitas anak-anak saat ini. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian gizi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Menurut data RISKESDAS 2010 prevalensi berat pada status gizi kurang terjadi di propinsi Banten (18,5%), sedangkan di propinsi Banten masih terdapat anak usia 6-12 tahun yang berstatus gizi pendek (15,1%) dan kurus (9,5%). Menurut tempat tinggal, prevalensi anak kependekan di perkotaan (29,3%) lebih rendah dari anak di pedesaan (41,5%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2010). Surveilans KLB keracunan pangan tahun 2010 terdapat 163 kejadian, dan berdasarkan jenis pangannya diketahui jajanan pangan berkontribusi terhadap kasus keracunan sebesar 13,5 persen. Selain itu berdasarkan pengawasan yang dilakukan BPOM periode 2008-2011 menunjukkan bahwa sekitar 40-44 persen jajanan anak sekolah ini tidak memenuhi syarat. Studi yang dilakukan oleh IPB, Bogor tahun 2004 diketahui bahwa jajanan anak sekolah ini menyumbang 36 persen kebutuhan energi anak. Oleh karenanya diperlukan observasi kembali tentang makanan jajanan khususnya di sekolah dasar. Pada penelitian ini akan dilakukan penilaian tentang makanan jajanan yang ada di sekolah dasar untuk tingkat sosial ekonomi menengah keatas, sedang, dan menengah kebawah dan kebiasaan sarapan siswa/i di Kabupaten Tangerang. Hasil penilaian diharapkan dapat memberikan grafikan untuk model makanan jajanan dan kebiasaan sarapan siswa/i di SDN sesuai dengan tingkat sosial ekonominya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey analitik. Sebagai gambaran pada tahun pertama, penelitian ini diharapkan memberikan model makanan jajanan dan snack yang dikembangkan sesuai dengan masukan pesan gizi seimbang pada sarapan anak sekolah berdasarkan tingkatan sosial-ekonominya. Kemudian pada tahun kedua, dilakukan intervensi/pelaksanaan model makanan jajanan (Snack) dalam skala besar.