Keselamatan pasien ditujukan untuk mengurangi resiko, mencegah terjadinya cidera akibat proses pelayanan pasien, serta tidak terulangnya insiden keselamatan pasien melalui penciptaan budaya keselamatan pasien. RS. X Bekasi telah memiliki unit mutu namun masih adanya Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) yang terjadi . Hal ini ditunjukkan adanya pelaporan kejadian insiden di RS X. Bekasi belum berjalan baik . Hal ini menggambarkan tidak berjalannya sistem keselamatan pasien di RS X. Bekasi yang berdampak pada lemahnya budaya pelaporan insiden keselamatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran budaya keselamatan pasien pada perawat di RS.X Bekasi tahun 2022 dilihat dari 12 dimensi budaya keselamatn pasien menurut Association Health Care and Reasearch Quality (AHRQ). Penelitian ini menggunakan design cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang langsung melayani pasien yang berjumlah 90 orang. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat Hasil penelitian manunjukkan bahwa rata-rata respon positif dari 12 dimensi budaya keselamatan pasien adalah 62,5% , Harapan dan Tindakan Atasan dalam Mempromosikan Patient safety (53,3%), Pembelajaran Organisasi Perbaikan Berkelanjutan (64,8%), Kerjasama dalam Unit (57,5%), Komunikasi Terbuka (61,1), Umpan Balik dan Komunikai Tentang Kesalahan (63,2%), Respon Non Positive (79,6), Staffing (69,4%), Dimensi Dukungan Manajemen Terhadap Keselamatan Pasien (92,2%), Kerjasama Antar Unit (64,4%), Persepsi Keseluruhan Terhadap Patient Safety (50,2%), Frekuensi Pelaporan Kejadian (50,7%) dan Frekuensi Pelaporan Kejadian (50,7%). RS X. Bekasi diharapkan dapat meneruskan dan mempertahankan program keselamatan pasien, mengevaluasi jumlah pegawai yang ada, meningkatkan motivasi pelaporan kejadian dan melakukan pengukuran budaya keselamatan pasien secara menyeluruh dan periodik.