UNSUR KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM TINJAUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Sekolah merupakan salah satu lembaga formal yang juga berperan penting dalam tumbuh kembang anak di bidang pendidikan khususnya. Unsur yang tidak dapat dipisahkan dari lembaga ini ialah peran penting Guru dalam mentransfer ilmu yang juga memberikan bimbingan pembentukan karakter seorang murid. Namun ada kalanya, kedua unsur tersebut berjalan dengan tidak baik. Guru sering menggunakan kekerasan dalam mendidik ataupun mendisiplinkan sikap murid yang melanggar ketertiban di lingkungan sekolah. Selama berabad-abad, kekerasan telah menjadi ciri yang biasa dari kehidupan sekolah, namun dipertengahan abad kedua puluh, kekerasan terhadap anak-anak telah semakin dianggap sebagai pelanggaran hak-hak dasar meraka; terutama hak keselamatan fisik dan keamanan psikologis serta kesejahteraannya. Melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Negara telah mengupayakan semaksimal mungkin payung bagi para murid di sekolah untuk menghindari adanya tindakan kekerasan di lembaga formal tersebut. Namun nampaknya, hal ini kemudian tidak menjadi perhatian khusus bagi beberapa oknum Guru maupun orang tua pada kenyataanya. Mereka seakan membenarkan tindakan kekerasan tersebut sebagai sarana didik yang layak diperlakukan kepada seorang anak yang dinilai melanggar peraturan di lingkungan sekolah. Dengan penelitian normatif research Penulis mencoba untuk mengkaji sebab-akibat serta dampak dari kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah tersebut dengan mengkaitkan dari beberapa putusan yang diambil. Penulis berpendapat jika seorang murid dikatakan melanggar suatu tata tertib di lingkungan sekolah, seharusnya perangkat sekolah yang bersangkutan dapat terlebih dahulu mengetahui dengan jelas sebab si murid melanggar aturan tersebut, yang kemudian dari alasan si murid tersebut, perangkat sekolah dapat mengklasifikasikan sanksi hukum apa yang pantas diberikan kepada si murid pelanggar tata tertib tersebut dengan membedakan gender dan usia serta menghindari terjadinya kekerasan fisik maupun psikis terhadap anak murid pelanggar tersebut. Untuk mengurangi terjadinya tindak kekerasan tersebut sebagai bentuk kedisiplinan perlu dibangun komunikasi yang sehat antara guru dan murid, memberikan hukuman yang positif bagi murid yang melanggar tata tertib dengan penerapan sanksi yang sesuai dengan beban kesalahan yang dilakukan. Guru juga harus bisa mengendalikan emosiya sehingga dapat mendorong keterampilannya untuk berhubungan dengan orang lain serta berdaptasi dengan tuntutan lingkungan sekitar. Kata kunci : anak, kekerasan dalam pendidikan, perlindungan anak.

1.  UEU-Undergraduate-3072-COVER.pdf - 38 KB
2.  UEU-Undergraduate-3072-SURAT PERNYATAAN.pdf - 35 KB
3.  UEU-Undergraduate-3072-LEMBAR PERSETUJUAN.pdf - 952 KB
4.  UEU-Undergraduate-3072-LEMBAR PENGESAHAN.pdf - 228 KB
5.  UEU-Undergraduate-3072-ABSTRAK.pdf - 30 KB
6.  UEU-Undergraduate-3072-KATA PENGANTAR.pdf - 33 KB
7.  UEU-Undergraduate-3072-DAFTAR ISI.pdf - 32 KB
8.  UEU-Undergraduate-3072-DAFTAR GAMBAR.pdf - 29 KB
9.  UEU-Undergraduate-3072-DAFTAR TABEL.pdf - 28 KB
10.  UEU-Undergraduate-3072-DAFTAR LAMPIRAN.pdf - 29 KB
11.  UEU-Undergraduate-3072-LAMPIRAN.pdf - 2315 KB

• UNSUR KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM TINJAUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA