Latar Belakang: Kognitif merupakan ranah kejiwaan yang berpusat di otak berperan terhadap otomatisasi refleks. Zat gizi memengaruhi proses metabolisme dan proses transmisi sel-sel syaraf (neuron) dengan pelepasan neurotransmiter. Malnutrisi akan menghambat proses metabolisme pada usia tertentu dan berpotensi jangka panjang terhadap kognitif seseorang. Hasil survei menyatakan bahwa 34,3% anak usia sekolah di Indonesia memiliki kognitif rata-rata. Faktor memengaruhi kognitif yaitu keturunan, kematangan biologis, pengalaman fisik, lingkungan dan ekuilibrasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan asupan energi, zat gizi makro, vitamin C, Fe, seng dan status gizi berdasarkan tingkatan kognitif. Sampel 60 orang dengan desain cross sectional. Asupan makanan menggunakan food recall, status gizi (IMT/U) menggunakan timbangan dan microtoice, perkembangan kognitif menggunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan t-test independent dan mann withney. Hasil siswa dengan kognitif konkret 43% dan formal 57%. Rata-rata asupan energi yaitu 1292 kkal, triptofan 0,3 gram, linoleat 2,6 gram, linolenat 0,13 gram, karbohidrat 178 gram, vitamin C 6,3 mg, zat besi (Fe) 4,8 mg, seng 4,9 mg dan status gizi -0,1 z-score. Variabel yang signifikan adalah asupan energi (p=0,0001), triptofan (p=0,032), linoleat (p=0,003), linolenat (p=0,044), karbohidrat (p=0,0001), zat besi (Fe) (p=0,032), seng (p=0,009 ) dan status gizi (p=0,038). Asupan vitamin C tidak signifikan dengan nilai p=403. Ada perbedaan asupan energi, triptofan, linoleat, linolenat, karbohidrat, zat besi (Fe), seng, status gizi dan tidak ada perbedaan asupan vitamin C berdasarkan tingkatan kognitif. Menu makanan yang seimbang berperan penting terhadap perkembangan kognitif pada anak usia sekolah. Siswa yang mengonsumsi makanan seimbang sesuai kecukupan yang dianjurkan memiliki perkembangan kognitif yang baik.